TREND ML (MAKING LOVE) MASA KINI
Research
Disusun
dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata
Kuliah : Bimbingan Konseling
Dosen
Pengampu : Kholil Lor Rohman
Disusun oleh :
EKA SAFITRI
092332056
4
PBA 2
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2010
ML Ala’ SMA
1. Contoh Kasus
Saat itu ketika saya
duduk di bangku kelas tiga di SMA N I ROWOKELE KEBUMEN, ada salah satu kejadian
yang mungkin akan saya ingat untuk menjadi referensi negatif dalam hidup saya.
Sebut saja dia bernama Dina dan Rendra.
Kejadian ini terjadi pada saat sore hari. Saat itu, semua siswa SMA sudah
pulang ke rumah ataupun ke tempat kos, kontrak masing-masing. Akan tetapi ,
dalam suatu lembaga tentunya ada petugas keamanan yang akan menjaga keamanan di
sekolah tersebut. Dina dan Rendra adalah sepasang kekasih yang sering kita
sebut “pacaran”. Pacaran dalam dunia
masa kini tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, dan berorientasi negatif bila
didengar oleh semua orang.
Siswa siswa SMA tak
tertinggal satupun di sekolah, hingga saat itu Rendra dan Dina saling mengirim
pesan hingga mereka sepakat untuk ketemuan. Mereka mengaku bahwa yang namanya
orang pacaran, tentu saja punya hasrat yang besar yang besar untuk ketemu
dengan Sang Doi. Mereka ketemu di sekolah sekitar pukul 16.00 WIB. Entah
Bagaimana, apakah karena mereka saking kangennya
sehingga mereka beranjak dan masuk ke dalam sebuah ruangan kecil, sempit yang
biasa sering membuat buang air bagi siswa SMA (WC). Sangat tidak terbayangkan ,
seperti apa rasanya ketemuan di tempat yang gak strategis. Rendra sangat senang
karena ajakannya untuk ke WC bareng pacarnya diterima, tak kalah beda dengan
Dina. Dina juga menerima ajakan Rendra dengan senang hati, dan dimana-mana
seorang perempan lebih mementingkan
perasaan daripada akalnya. Karena Dina
suah berikrar sehidup semati untuk Rendra, maka untuk berbuat apa sajapun akan
selalu ia penuhi demi Seorang Rendra.
Mereka Berdua masuk ke dalam WC sama-sama dengan rasa saling
cinta, percaya , sehidup semati dan dengan segala macam rasa bahagia yang
bergejolak di hati sepasang kekasih itu. Merekapun segera melepaskan atribut yang
mereka kenakan di tubuh mugil anak SMA. Dengan perasaan yakin bahwa disitulah
tempat yang paling nyaman untuk mereka memadu kasih layaknya sepasang suami
istri, hanya bedanya disini tempatnya lebih menjijikan dari pada kandang ayam.
Setelah beberapa menit kemudian mereka bersenang-senang dengan segala
kenikmatan birahinya, akhirnya pada saat satpam sekolah berkeliling. Salah satu
dari satpam tersebut mendengar suara desahan-desahan yang membuat ia curiga. Satpam
itu yakin bahwa suara itu bursumber dari arah WC siswa yang tepatnya di sebelah
utara Ruang Komputer. Dengan langkah pelan-pelan, satpam (Pak Joko) menuju
depan WC kemudian langsung mendobrak pintu tersebut.
Dengan rasa bingung dan
sangat terkejut, satpam itu langsung menjerit karena melihat dua siswa yang tak
memakai atribut busana sehelaipun. Sungguh keadaan yang sangat memalukan.
Kemudian mereka dibawa oleh Pak Joko ke pos Satpam. Akan tetapi saat itu mereka
tidak diadili oleh pak Joko atau teman-teman satpam yang lain, mereka menunggu
hari esok untuk bisa laporan terlebih dahulu kepada Kepala Sekolah ataupun
pihak BK yang bertugas untuk menangani semua masalah siswa yang ada di
sekolahku.
2.
Cara
Penanganan
Pihak BK bekerja sama dengan
kepala sekolah, memanggil Rendra dan Dina ke ruang BK. Mereka di tanya bagaimana rangkaian kejadian
yang telah mereka lakukan dan dengan diertakan alasan kenapa meraka melakukan
hal demikian. Padahal kejadian tersebut dapat memalukan diri mereka, orang tua,
dan sekolah apalagi itu merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah SWT.
Setelah mereka
menceritakan kejadian yang mereka lakukan , kemudian pihak sekolah memanggil orang
tua siswa dan mengembalikan anaknya kepada pihak keluarga, karena tindakan yang
telah dilakukan oleh Rendra dan Dina tidak dapat diampuni lagi. Mereka telah
melanggar tata tertib yang menyatakan bahwa, “Jika terdapat siswa hamil atau
menghamili, ataupun melakukan hubungan di luar nikah maka mendapat score 100,
yang berarti bahwa mereka dikeluarkan dari sekolah.
3.
Pendapat
Mengenai Penanganan BK Sekolah
Menurut saya, tindakan
yang di lakukan oleh BK (pihak sekolah) sangat tepat dan sudah semestinya siswa
tersebut mendapatkan sanksi dikeluarkan dari sekolah. Hal yang di lakukan oleh
siswa merupakan tanda bahwa pada era zaman sekarang sudah benar-benar terbukti
bahwa dekadensi moral sangat memprihatinkan. Jika kasus demikian dibiarkan saja
tanpa adanya punishment yang tegas, maka akan dapat menjadi penyakit yang
menular bagi siswa-siswa lainnya.
Menurut saya, punishment atau hukuman itu memanglah
perlu. Akan tetapi, itu seharusnya dijadikan jalan terakhir dalam menghakimi
seorang anak. Tanyakan dengan nada bicara yang lembut dan bersahabat. Jangan
sampai siswa merasa ketakutan ataupun depresi dengan keadaan yang ada. Saya
yakin, bagi Dina hal ini adalah hal yang sangat membuatnya terpukul, malu,
bahkan pastinya ada rasa penyesalan yang cukup mendalam.
Keadaan psikis seorang
perempuan pada saat diajak ML (making love), dengan segala rayuan dan tipu daya
si cowo yang tentunya itu sangat menggoda dirinya, ia tidak memikirkan apa
akibat di balik perbuatan yang ia lakukan. Seorang cowo pun juga tak semestinya
disalahkan 100%. Karena dalam suatu hadits disebutkan bahwa “ Syetan dengan
orang yang beriman selalu kalah dengan cara apapun, akan tetapi senjata tajam
untuk melemahkan orang beriman adalah seorang wanita.”
Sudah dijelaskan dalam
hadits tersebut bahwa, kejadian yang menimpa Rendra dan Dina adalah tidak sepenuhnya
kesalahan rendra, tetapi keduanya.
Melalui peristiwa
tersebut, lalu kita kadang bertanya. Siapakah yang patut disalahkan dengan
pergaulan bebas yang telah merajalela di dunia anak-anak ataupun remaja??
Disini tidak ada yang
perlu disalahkan, sipa saja berperan dalam perkembangan hidup seseorang.
Seseorang itu tentunya dipengaruhi oleh faktor genetik maupun lingkungan.
Faktor lingkungan meliputi, lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dari tiga lingkungan tersebut sama – sama mempunyai pengaruh yang besar bagi
pribadi seseorang, tinggal yang mana yang paling dominan bagi orang tersebut.
Dalam
hal ini saya juga tidak sependapat dengan cara penanganan yang dilakukan BK
sekolah saya. Dengan cara mengeluarkan mereka dari sekolah, maka itu tidak
menjamin anak tersebut tidak mengulangi hal yang demikian di lain waktu. Dalam
buku Psikologi Konseling karya Latipun, Menurut Glasser,” seorang Konseling
seharusnya meniadakan punishment atau hukuman sebagai teknik pengubahan
perilaku. Hal itu menurutnya sangat tidak efektif dan memperburuk hubungan
konseling dan biarkan saja mereka mendapatkan konsekuensi secara wajar dan
alamiah dari perilakunya sendiri.” Tindakan yang mereka lakukan juga disebabkan
oleh ketidakmampuannya dalam memuaskan kebutuhannya. Dapat juga disebabkan
karena adanya penolakan terhadap orang tua, karena berbagai kemungkinan yang
mendasari perbuatan mereka.
Menurut
teori di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya, orang melakukan
kesalahan tidak pasti karena dia salah. Kita perlu mengkaji berbagai hal di
balik kesalahan tersebut. Sehingga jika kita mengambil keputusan untuk
menghakiminya,kita bisa mengambil cara yang paling tepat.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar