HUBUNGAN
ANTARA FILASAFAT EKSISTENSIALISME DENGAN
APA YANG SEHARUSNYA DIBERIKAN KEPADA PESERTA DIDIK
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr.Hartono, M.SI
Disusun oleh:
1.
Agus arrohman (0923320 )
2.
Eka Safitri (092332056)
3.
Fathan Munif (0923320 )
4.
Husen Hasbullah (0923320 )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2011
Hubungan
antara Filasafat Eksistensialisme dengan
Apa yang seharusnya diberikan kepada peserta didik
Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang lahir untuk menentang zamannya. Aliran ini
mengungkapkan tentang keberadaan manusia. Keberadaan manusia dibedakan dengan
keberadaan benda-benda. Di dalam filsafat ini dikatakan bahwa benda-benda
“berada” sedangkan manusia “bereksistensi”. Pada hakikatnya, aliran ini
bertujuan untuk mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan
hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Kierkegaard
memberikan pengertian eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu
pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah. Aliran ini, tidak mau terikat
dengan hal-hal yang bersifat abstrak serta spekulatif.
Pandangan aliran ini terhadap
pendidikan, dapat disimpulkan oleh Van
Cleve Moris dalam Eksistensialism and
education bahwa eksistensialisme tidak menghendaki adanya aturan- aturan
pendidikan dalam segala bentuk. Pernyataan tentang pandangan tersebut sejalan
dengan aliran pendidikan kognitif, yang dalam proses pendidikan siswa
diharapkan aktif serta menuntut adanya kreatifitas.
Filsafat eksistensialisme bersifat
individualistis sebagai paham yang mendorong manusia untuk berbuat dan berbuat
terus memperbaharui dirinya dengan bertitik tolak dari individu masing-masing apapun
keadaannya. Filsafat ini juga memberikan modal kekuatan dan keberanian dengan
tidak perlu mencemaskannya sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan pendidikan,
dapat kita terapkan sistem pembelajaran yang memberikan ruang aktif bagi siswa
secara penuh. Potensi yang ada pada peserta didik perlu digali sehingga dalam
belajar ia akan merasa nyaman.
Filsafat eksistensialisme mempunyai
relevansi dengan negara berkembang seperti halnya Indonesia. Pada saat ini di
Indonesia, dalam mengimplentasikan kurikulum di berbagai jenjang pendidikan
kurang memperhatikan tujuan akhir dari pendidikan yakni salah satunya tercantum
dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional khususnya Bab II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan
Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Pembahasan tentang kepribadian dan
system nilai maka berada dalam wilayah afektif. Adapun wilayah afektif itu
sendiri memiliki unsur-unsur antara lain
a. Minat
(interest)
b. Sikap (attitude)
c. Nilai (value)
d. Apresiasi (appreciation)
Dengan melihat nilai dasar
eksistensialisme tersebut maka dalam hal belajar mengajar seorang pendidik
harus bisa memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk
mengembangkan dirinya agar selalu bereksistensi. Eksistensi seorang siswa dalam
belajar yaitu bagaimana ia mampu memecahkan setiap masalah dalam belajarnya.
Pendidik harus selalu mengarahkan peserta didiknya dalam belajar ataupun dalam
pengembangan bakatnya dan pendidik hanya sebagai mediator bagi para peserta
didiknya. Pemberian motivasi sangatlah dibutuhkan oleh setiap peserta didik. Seorang pendidik dapat dikatakan berhasil jika
ia mampu menumbuhkembangkan motivasi peserta didiknya sehingga peserta didik
menjadi giat belajar serta mampu mendapatkan prestasi belajar yang baik.
By: Eka Safitri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar