SISTEM PEMBELAJARAN
BERDASARKAN PAHAM EKSISTENSIALISME
Paham
eksistensialisme menganggap bahwa dalam pendidikan seharusnya siswa dibebaskan
berkreasi sesuai dengan bakta dan minatnya tanpa mengakui adanya aturan-aturan.
Bagi paham ini manusia dianggap ke”beradaan”nya jika ia betindak atau melakukan
sesuatu yang menjadikan dirinya selalu bereksistensi di dunia ini. Eksistensi
dalam makna khususnya yaitu cara manusia berada di dalam dunia. Maka dari itu
keberadaan manusia ditentukan oleh cara dia bertingkah laku.
Berdasarkan
pmahaman tersebut, maka dapat dikatakan bahwa paham tersebut selaras dengan
sistem pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa.
Adapun
macam – macam pembelajaran tersebut diantaranya :
1.
CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif)
2.
PAKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
3.
PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan)
4.
Edutainment
Plus
5.
Iqra’
6.
Model Teori
Quantum
Model
Pembelajaran tersebut mengharuskan adanya keaktifan dalam diri siswa. Sehingga
seorang guru hanya sebagai mitra belajar bagi siswa yang hanya mengarahkan dan
memotivasi siswa untuk terus belajar. Dalam karya Dr.Moh.Roqib,M.Ag tentang
Prophetic Education menyatakan bahwa tugas
umum seorang pendidik adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi
subjek didik. Bagaimanapun setiap siswa mempuyai sifat potensial yang dibawa
sejak lahir., sehingga perlu adanya upaya- upaya manusi itu sendiri untuk
mengembang-tumbuhkannya menjadi faktual dan aktual. Faktual dan aktual disini
dapat kita samakan dengan eksistensi.
Adapun
kesimpulan penulis terhadap sikap seorang guru yang seharusnya dilakukan saat
ia mengajar menurut paham eksistensialisme, berdasarkan model pembelajaran
aktive learning yaitu :
1.
Membiarkan
siswanya belajar secara mandiri
2.
Bimbingan dalam
belajar hanya saat siswa merasa kesulitan
3.
Guru haanya
memberikan sedikit teori dan memperbanyak praktek
4.
Penerapan Model
bottom up
5.
Guru tidak
boleh membatasi siswanya untuk berpendapat ataupun berkreasi.
6.
Guru bertindak
sebagai mitra belajar bagi siswa
Dari
kesimpulan di atas penulis dapat memahami bahwa pengembangan potensi dan
kreativitas seseoran sangatlah penting dalam pengembangan dunia pendidikan. Hal
ini dikarenakan bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh kecintaan. Jika seseorang
cinta atau berminat dalam sutu hal, maka ia akan melakukannya secara optimal
dan dengan kenyamanan.
Referensi
Roqib, Moh. 2011. Prophetic Education (Kontekstualisasi Filsafat
dan Budaya
Profetik
dalam Pendidikan).
Purwokerto: STAIN PRESS
Mahanaya, Maman.S. 2009. “Perkembangan Bahasa Indonesia Melayu di
Indonesi dalam Konteks Sistem Pendidikan” dalam Insania Vol.14, No. 3.
September-Oktober 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar