Review
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Nur Azizah
Disusun oleh :
EKA SAFITRI
NIM. 092332056
Tarbiyah/4 PBA 2
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2010
Inteligensi dan IQ
Menurut David Wechsler,
inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara
rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
inteligensi adalah :
1.
Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes
IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi
nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak
yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu
yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya.
Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka
tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling
kenal.
2.
Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah
dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan
yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan
otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memegang peranan yang amat penting.
Inteligensi dan IQ
Orang seringkali menyamakan arti inteligensi
dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat
mendasar. Arti inteligensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau
tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah
alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi
mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan
seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan
membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik (Chronological
Age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang
disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan
yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis),
maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai
dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak
mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu
akan terjadi penurunan kemampuan.
Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor
Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat
dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus
(anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini
kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari
Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya
adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio
(perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini
disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan
oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal
dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan
untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes
Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang
ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari
satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari
faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor
Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini
adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC
(Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Di samping alat-alat tes di atas, banyak
dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan
dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
Inteligensi dan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai
kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi
yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu
setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena
suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan
khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan
khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk
mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude
Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan
Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah tes Potensi
Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari
Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude
Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari
perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari
suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan
inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada
anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan
inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak
mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas
yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat
kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat
korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan
adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa
ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses
berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai
alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes
inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat
konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang
logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola
pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses
berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai
kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
REVIEW ARTIKEL
Judul : Inteligensi dan IQ
Inteligensi dan IQ
Menurut David Wechsler, inteligensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Intelegigensi dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor keturunan dan lingkungan. Kedua faktor tersebut sama
mempunyai pengaruh yang besar terhadap inteligensi. Inteligensi berkaitan erat
dengan IQ, bakat serta kreatifitas. Akan tetapi dengan keterkaitan tersebut
banyak orang yang menganggap sama antara inteligensi dengan IQ, bakat serta
kreativitas.
Adapun perbedaan inteligensi dengan ketiga hal
tersebut. Pertama, Inteligensi dibedakan dengan IQ karena Inteligensi
merupakan kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional,
dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Sedangkan, IQ merupakan skor dari
sebuah tes kecerdasan (tingkatan dari Intelligence Quotient). Dapat kita
lihat bahwa IQ hanyalah sebuah alat untuk mengukur inteligensi seorang
individu. Kedua, Inteligensi dapat dikatakan sebuah kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam menyesuaikan diri, seorang
individu mempunyai kemampuan khusus untuk itu. Maka, kemampuan khusus itulah
yang dapat dikatakan sebuah bakat. Bakat masing-masing individu berbeda-beda,
hal tersebut karena pengaruh dua faktor di atas yaitu bawaan/keturunan dan
lingkungan. Ketiga,Kreativitas merupak salah satu ciri dari inteligensi.
Seseorang yang IQ-nya rendah maka tingkat kreativitasnya rendah pula. Namun
semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi
pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti.
Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ
dengan tingkat kreativitas.
Tingkat Inteligensi seseorang dapat diukur
dengan sebuah tes (alat ukur) salah satunya yaitu tes Binet-Simon atau tes
Stanford-Binet. Dengan tes tersebut maka kita akan mengetahui tingkat
inteligensi yang kita miliki.
Komentar artikel “Inteligensi dan IQ”
Oleh : Eka Safitri
Dalam artikel Inteligensi dan IQ, dinyatakan
bahwa ada hubungn antara Inteligensi dengan IQ, bakat serta kreativitas.
Menurut pendapat penulis, keempat hal tersebut memang terdapat perbedaan –
perbedaan. Hal ini dapat kita lihat dalam buku Psikologi Belajar Mengajar karya
Hamalik (2009:) telah dijelaaskan bahwa Inteligensi mempunyai tingkatan –
tingkatan dalam IQ. Hal yang ada hubungannya dengan inteligensi yaitu faktor
usia, hereditas, lingkungan, jenis kelamin serta ras.[1]Dalam
karya Desmita (2010: 163) dikatakan bahwa pengertian inteligensi dapat
dikategorikan dalam tiga kategori : 1) kemampuan menesuaikan diri dengan
lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi baruatau menghadapi
situasi-situasi yang sangat beragam.; 2) kemampuan untuk belajar atau kapasitas
untuk menerima pendidikan; dan 3) kemampuan berpikir secara abstrak,
menggunakan konsep-konsep abstrak dan menggunakan secara luas simbol-simbol dan
konsep-konsep (Phares: 1988).
IQ seseorang dapat berubah, perubahan tersebut
dapat disebabkan karena berbagai faktor, antara lain :[2]
a.
Pendidikan lebih awal
b.
Perubahan lingkungan
c.
Iklim dalam lingkungan
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
IQ seseorang dapat berubah sesuai dengan pendidikan, lingkungan serta iklim
dimana ia tinggal. Maka, dapat dikatakan juga, bahwa faktor lingkungan sangat
besar pengauhnya dalam penentuan inteligensi seseorang.
Bakat
merupakan kemampuan khusus seorang individu. Menurut Virget menjelaskan bahwa
pendidikan bagi anak-anak yang berbakat perlu perhatian yang saksama. Alasannya
yaitu:
1.
Persepsi demokrasi menghendaki pemberian
kesempatan luas bagi anak yang berbakat.
2.
Keberhasilan pendidikan bagi anak-anak dan
pemuda
3.
Selama ini pendidikan di Indonesia kurang
memperhatikan adanya bakat.
Oleh karena itu, bakat haruslah diperhatikan
oleh pemerintah Indonesia khususnya agar pendidikan di Indonesia lebih maju
dengan adanya bakat.
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari
inteligensi yang dalam pengembangannya membutuhkan ketrampilan untuk berkreasi.
Kreativitas dan inteligensi mempunyai korelasi tinggi, kreativitas tidak sama
dengan inteligensi (Brunnelle: 1971).[3]
Seseorang yang mempunyai IQ rata-rata
dan dididik dengan perhatian khusus dan kecenderungan kepribadian tertentu maka
ia akan menjadi orang yang kreatif. Akan tetapi, seseorang yang IQ tinggi
dididik dengan paksaan orang tuanya untuk tunduk dan patuh terhadap
perintah-perintahnya maka ia akan menjadi anak yang kreativitasnya terhambat.
Maka dari itu, kebebasan seorang anak sangat berpengaruh atas perkembangan daya
kreativitasnya.
Inteligensi, IQ, bakat dan kreativitas haruslah
diperhatikan oleh seorang pendidik keluarga maupun sekolah. Hal ini dimaksudkan
agar pendidikan yang ada dapat berjalan dengan roses yang lebih baik. Dengan
adanya perhatian khusus dari seorang pendidik maka inteligensi, IQ, bakat serta
kreativitas akan meningkat sehingga pendidikan di Indonesia menjadi semakin
maju.
Referensi:
Desmita, 2010. Psikologi
Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarnya.
Hamalik, Oemar.
2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar