MEMBACA
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah:
Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Dosen Pengampu
: Drs. Subur, M.Ag
Disusun oleh :
1. Fatkhan Munif (NIM.
092332049)
2. Nur Asiyah (NIM.
092332054)
3. Eka Safitri (NIM. 092332056)
Tarbiyah. 6 PBA2
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Kemahiran dalam berbahasa arab ada
empat yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat hal tersebut
menjadi bahan acuan bagi seorang guru untuk membuat perencanaan pembelajaran di
kelas. Adapun pembahasan dalam makalah ini ialah mengenai membaca. Membaca
merupakan salah satu kemahiran yang harus ada dalam setiap siswa Membaca
merupakan modal untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang ada.
Membaca menjadikan kita mengetahui
banyak hal dalam buku-buku bacaan, baik buku secara kasap mata ataupun buku
yang tersedia di semesta. Ada beberapa hal yang penulis sampaikan dalam makalah
ini terkait dengan membaca untuk mengkaji bagaimana perkembangan membaca hingga
saat ini ataupun tentang banyak hal ynag terkait dengan membaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Membaca
Membaca merupakan sesuatu yang sudah tidak
asing lagi dalam kegiatan kita sehari-hari. Dimanapun dan kapanpun aktifitas
membaca bisa kita lakukan. Dalam pembelajaran membaca merupakan sesuatu yang wajib
diajarkan kepada peserta didik. Dalam hal ini, tentu saja membaca mengalami
sebuah tahapan – tahapan perkembangan yang terbagi dalam 4 tahapan (Ibrahim, 57)
yaitu:
1.
Dahulu
pemahaman tentang bacaan masih terbatas hanya dalam wilayah yang sempit,
seperti halnya sekedar penglihatan untuk mengetahui rumus – rumus tata bahasa
yang tertulis dalam bacaan, mengenal suatu bacaan serta mampu melafadzkan
bacaan.
2.
Sesuai dengan
perkembangannya, kemudian membaca diartikan sebagai aktifitas berpikir akal yang
bertujuan untuk memahami apa yang ada dalam bacaan.
3.
Perkembangan
selanjutnya dalam aktifitas membaca terdapat unsur interaksi antara pembaca dan
apa yang dibaca yang dapat menimbulkan rasa senang, sedih, cinta, beci dan
sebagainya. Hal ini disebabkan karena
adanya hati yang ikut serta membaca sehingga mampu menghasilkan ekspresi
bagi masing-masing pembaca.
4.
Menggunakan apa
yang dibaca sebagai alat untuk menghadapi masalah-masalah seperti halnya
menjadikan apa yang sudah dibaca menjadi hujjah dalam setiap ucapan
ataupun argument yang kita ajukan. Selain itu, dapat memanfaatkan bacaan untuk
diterapkan dalam bersikap sehingga lebih efektif.
Dari
keempat tahapan perkembangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
memahami bacaan maka tergantung dari tingkatan pembacanya. Jika masih awam seperti
anak kecil, maka membaca hanya sebatas aktifitas belajar saja tanpa dapat
dimanfaatkan sebagai hujjah atau dalil dalam berpendapat.
B.
Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari
serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan (Tarigan, 1987:
9). Dalam aktifitas membaca kita dapat menemukan apa yang belum kita ketahui,
misalnya mengetahui tentang penemuan-penemuan penulis, masalah yang terjadi
dalam bacaan, alur pikir dari penulis dan lain sebagainya.
Proses membaca sebenarnya dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan antara bahasa percakapan dan tulisan yang terdiri dari
bahasa ucapan dari arti dan lafadz yang bisa menunjukan arti tersebut. Adapun
unsur-unsur dalam membaca ada tiga (Ibrahim, 57) yaitu arti, lafadz yang
memyusun arti tersebut dan rumus yang tertulis. Jika dari ketiga unsur tersebut
telah dipadukan secara sempurna, maka terbentuklah susunan kalimat yang
efektif dalam bahasa percakapan. Oleh
karena itu, dalam membaca harus memperhatikan unsur-unsur tersebut.
C.
Jenis Membaca
1.
Membaca dilihat
dari ada tidaknya suara
a)
Membaca Diam
Pada dasarnya
membaca diam (dalam hati) meringankan bagi pembaca tersebut. Adapun
keistimewaan dengan membaca diam dapat dilihat dari beberapa aspek (Ibrahim, 62)
yaitu:
·
Sosial : tidak mengganggu orang lain dan labih mudah
untuk memahami isi bacaannya. Seperti halnya jika ada orange yang membaca
secara keras di dalam mobil, maka ia akan mengganggu orang lain dan secara
sosial tidak baik.
·
Ekonomi : Lebih
ekonomis dalam mengeluarkan suara sehingga tidak mudah lelah jika membaca dalam
hati.
·
Pemahaman : Membaca
dalam hati lebih dapat memahami isi bacaan sehingga kita dapat lebih mudah
menghasilkan dari apa yang kita inginkan yakni pemahaman. Contohnya dua anak
yang membaca secara diam dam keras ternyata setelah diteliti, anak yang membaca
secara diam lebih memahami apa yang ia baca daripada anak yang membaca secara
keras, karena ia hanya terpaku pada apa yang ia baca sehingga konsentrasinya
terpecah.
·
Pendidikan dan
Psikologis : lebih mudah, karena terbebas dari beban melafalkan kata-kata yang
dibaca. Selain itu, keadaan pikiran menjadi tenang dan lebih menyenangkan.
Faktor-faktor yang mendorong siswa untuk membaca dalam hati:
·
Guru memberikan
pertanyaan – pertanyaan kepada siswa, untuk memancing siswa membaca agar dapat
menjawabnya
·
Mengadakan
lomba untuk bersaing cepat-cepatan membaca serta memahami bacaan tersebut
·
Membaca
buku-buku di luar kelas
·
Membaca di
perpustakaan
·
Membaca buku
cerita
·
Melatih siswa
membaca dalam hati, salah satunya dengan kartu.
Bentuk materi yang dapat dibaca
dengan membaca dalam hati seperti membaca cerita, ragam anekdot, koran-koran,
sastra, surat-surat resmi dan sebagainya. Akan tetapi, dalam membaca diam tetap
harus memperhatikan tingkatan pembaca sehingga suasana ynag menyenangkan akan
tetap terjaga.
b)
Membaca Keras
Membaca keras
yaitu membaca dengan melafalkan dengan suara yang jelas. Membaca keras juga
disebut dengan “membaca teknis”, karena mengandung aspek artistik dan tidak
semua orang mempunyai kemampuan untuk membaca teknis ini (Effendy, 2009: 159).
Menurut Moulton yang dikutip oleh Tarigan disebutkan bahwa jika membaca dalam
hati hanya mempergunakan visual memory (ingatan visual) saja, sedangkan menbaca
keras memnggunakan auditory memory (ingatan pendengaran) serta motor memory (ingatan
yang bersangkut paut dengan otot-otot kita).
Keistimewaan
membaca dengan cara ini yaitu merupakan cara yang efektif untuk menguatkan
ucapan, memperbaiki apa yang telah disampaikan, menggambarkan arti terutama
pada kelas awal serta sebagai alat untuk mengetahui kesalahan murid jika
terjadi kesalahn dalam membaca.
Adapun
bentuk-bentuk bacaan yang dapat dibaca secara keras diantaranya buku opini dari
seseorang, membaca syair-syair agar dapat di dengar oleh orang lain, membaca
untuk memberikan informasi kepada orang lain. Membaca keras ini dapat dilakukan
di semua tingkatan pendidikan tetapi juga harus disesuaikan dengan tingkatan
pembaca.
2.
Membaca dilihat
dari tujuan orang yang membaca
a.
Membaca cepat
b.
Membaca untuk
mengetahui pikiran utamanya
c.
Membaca untuk
memahami
d.
Membaca untuk
mengumpulkan pengetahuan
e.
Membaca untuk
menikmati sastra
f.
Membaca untuk
mengkritisi dan menganalisa.
Guru dapat mengajarkan siswanya dalam
hal membaca cepat, membaca untuk mengetahui pikiran utamanya serta membaca
untuk mengumpulkan pengetahuan.
3.
Membaca dilihat
dari sisi persiapan otak
a.
Membaca untuk
belajar
b.
Membaca untuk
kesenangan.
D.
Cara
Mengajarkan Membaca
Membaca secara
efektif haruslah dilatih secara bertahap, agar dapat mahir dalam membaca
(Ibrahim, 70). Pertama, bahasa harus dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari karena dapat membantu siswa untuk membiasakan melafalkan
kosakata-kosakata. Kedua, siswa harus sering diajarkan mutholaah agar
apa yang telah dipelajari dapat teringat kembali, dan membiasakan siswa untuk
banyak meluangkan waktunya untuk membaca. Ketiga, siswa diberikan materi
qowaid agar siswa mengetahui tata bahasanya.
Cara
mengajarkan membaca menggunakan berbagai macam model latihan (Effendy, 2009:
162) yaitu :
1.
Belajar
memperkaya kosa kata
2.
Belajar
mengenal (kognisi) isi bacaan, meliputi:
a).
Belajar mengetahui dan mengingat
b). Belajar
memahami
c).
Belajar mengaplikasikan pengetahuan
d).
Belajar menganalisis
e).
Belajar mensintesis
f).
Belajar Mengevalusi
Dengan
latihan tersebut, maka tampak jelas bahwa kemahiran dalam membaca membutuhkan
latihan-latihan. Membaca erat kaitannya dengan materi lainnya seperti qowaid,
mutholaah serta muhadatsah. Selain itu, dalam membaca terdapat tingkatan
pemahaman yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
E.
Aspek-Aspek
Membaca
Hal yang dituntut dalam
membaca ada empat hal yaitu istima’, sur’ah, tholaqoh, fahm. Istima’
(memdengarkan) merupakan bagian dari membaca dan merupakan jalan untuk dapat
memahami bacaan. Pentingnya membaca dengan telinga draipada dengan mata
merupakan cara alami untuk menerima segala sesuatu dari luar. Seperti halnya
seorag bayi yang lebih dulu mendengarkan untuk dapat membaca di hari esok.
Bentuk-bentuk istima’ yang dapat kita lihat dalam pembelajaran diantaranya
dengan tanya jawab, mendongeng, khutbah dan murokkobat.
Untuk melatih istima’, maka
diperlukan latihan – latihan yaitu guru menyampaikan cerita-cerita yang baik
dengan berbahasa arab untuk diperdengarkan kepada siswa, guru mendikte siswa
(imla’), menyampaikan meteri dengan bahasa arab serta memperdengarkan siaran
berbahasa arab kepada siswa-siswa.
Adapun
aspek-aspek membaca ada dua (Tarigan, 1979: 13)yaitu:
1.
Ketrampilan
mekanis
a.
Pengenalan
bentuk huruf
b.
Pengenalan
unsur-unsur linguistik
c.
Pengenalan
hubungan bunyi dan huruf
d.
Kecapatan
membaca: lambat.
2.
Ketrampilan
pemahaman
a.
Pemahaman pengertian
sederhana
b.
Pemahaman signifikansi/makna
c.
Kecepatan
membaca: fleksibel.
Menurut
penulis, dalam membaca tentu saja terdapat tingkatan pemahaman seperti dalam
penjelasan di atas. Tingkatan tersebut sangat tergantung masing-masing individu,
sehingga antara anak kecil dan orang dewasa berbeda tingkat pemahamannya serta
bacaan yang dibaca, meskipun ada salah seorang dewasa yang membaca buku bacaan
anak-anak.
BAB
III
PENUTUP
Membaca merupakan suatu hal yang
dituntut kemahirannya dalam dunia pedidikan khususnya. Berawal dari
perkembangan, tujuan, fungsi, jenis, cara mengajarkan serta aspek membaca telah
diuraikan di atas. Dapat kita ketahui bahwa dalam membaca membutuhkan berbagai
ketrampilan untuk dapat menjadi pembaca yang baik. Pembaca yang baik adalah ia
yang bisa mengungkapkan kembali apa yang ia baca dan pahami terhadap suatu
bacaan kepada orang lain.
Tidak
ada cara membaca yang terbaik karena semua hasil yang baik tergantung kepada
masing-masing pembaca. Membaca diam maupun membaca keras, keduanya sama-sama
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Keberhasilan seorang pembaca tidaklah
ditentukan apakah ia membaca diam atukah keras karena masing – masing orang
mempunyai cara untuk memahami bacaan dengan caranya sendiri. Akan tetapi,
bagaimana ia memahami dan menguasi isi bacaan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab.
Malang: Misykat
Ibrahim, Chamadah. 1987. Al Ittijaha Al ma’ashiroh (Fii Tadriisil
Lughotil ‘Arabiyah Wal Lughot Al Hayyah Al Ukhro Lighoirinnaatiqiin Biha).
Kairo: Daarul Fikril ‘Aroby.
Ibrahim, Abdl ‘Alim. Al Muwajjatul Fana (Limudarrisil Lughotil
‘Arobiyah):
Daarul
Ma’arif
Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca (Sebagai Suatu Ketrampilan
Berbahasa). Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar