TEKNIK MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah: Tarjamah
Dosen Pengampu : Ali Muhdi
Disusun oleh :
1. Arin Purwo T NIM.
0923320
2. Khamdiyah NIM.
092332049
3. Kunny Rifkia A NIM.
092332046
4. Nur Asiyah NIM.092332054
5. Eka Safitri NIM.
092332056
6. Rastri Izzah N NIM. 092332057
7. Tasbihan NIM.
092332061
Tarbiyah. 6 PBA 2
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menerjemahkan bahasa
sumber ke dalam bahasa target haruslah mempunyai bekal ketrampilan membaca dam
menulis yang baik. Selain itu, pengetahuan serta wawasan yang luas juga
diperlukan untuk menerjemahkan bahasa sumber tersebut karena sangatlah membantu
seorang penerjemah untuk dapat menerjemahkan secara tepat.
Terjemahan ialah pindahan dari satu bahasa ke bahasa
lain. Karya sastra terjemahan adalah karya sastra yang dialih bahasakan
(dipindahkan) dari bahasa asal ke bahasa yang lain. Sastra terjemahan dibuat
untuk bacaan bukan penuntut bahasa asal.
Terjemahan karya sastra dibagi menjadi dua yaitu :
1.
Terjemahan karya sastra kreatif,seperti Novel,cerpen,puisi dan drama
2. Terjemahan karya sastra deskriptif,
seperti, essay, karya sastra Ilmiah teori sastra dan kritik sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Penerjemahan Karya Sastra
Menerjemah merupakan proses mengalihkan bahasa dari
bahasa yang satu ke bahasa lainnya baik dari segi pesan yang tersirat maupun
dari segi bahasanya. Adapun syarat-syarat menjadi penerjemah yang baik, antara lain[1]:
-
Memahami dan menguasai bahasa sumber
-
Menguasai dan mampu memakai Bsa dengan baik, benar dan efektif
-
Mengetahui dan memahami sastra, apresiasi sastra, serta teori terjemahan
-
Mempunyai kepekaan terhadap karya sastra yang tinggi
-
Memiliki keluwesan kognitif, dan keluwesan sosiokultural
-
Memiliki keuletan dan motivasi yang kuat.
Karya sastra mengandung pesan khusus yang ingin
disampaikan oleh penyair kepada pembaca dengan menggunakan bahasa yang
mengandung unsur estetik yang
tinggi. Dalam karya sastra mengandung unsur-unsur keindahan bunyi, kata maupun
ungkapan. Menerjemah karya satra tidak hanya memerlukan ketrampilah kreatif
tersendiri, tetapi juga harus mempunyai kemampuan untuk memahami serta
mengapresiasikan suatu karya sastra.
Oleh karena itu, penerjemahan
karya yang sempurna maka dapat dilakukan oleh penerjemah yang sekaligus
sastrawan kreatif. Hal ini ditujukan agar terjemahan yang dihasilkan akan lebih
baik.
- Menerjemahkan Puisi
Hal-hal yang dapat menjadi
penghalang dalam menerjemahkan karya sastra adalah sebagai berikut:
- Adanya pengaruh budaya bahasa sumber yang tentu saja berbeda dengan bahasa target
yang dapat menyulitkan seorang penerjemah.
- Dalam hal pesan moral, penerjemah kesulitaan
dalam mengungkapkan ciri khas pengarang aslinya. Menerjemahkan cerpen atau novel cenderung lebih mudah dari pada
menerjemahkan puisi. Hal ini disebabkan karena kata-kata yang digunakan
dalam cerpen ataupun novel tidak sepadat dan sehemat dalam puisi. Keindahan
dalam sebuah cerpen atau novel tidak begitu tergantung pada pilihan kata,
rima, dan irama, tetapi lebih terletak pada alur cerita dan
pengembangan tokoh-tokoh yang ada di dalam ceritera itu.
Terjemahan adalah suatu proses mengalihkan “suasana
batin” dari pengarang dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Penerjemah
karya sastra berkaitan erat dengan dengan
suasana sentimental. Dengan memiliki perasaan sentimental, penerjemah akan
memiliki kemampuan untuk mengalihkan bukan saja bahasa, bahan atau materi,
budaya, tetapi juga perasaan, suasana batin pengarang.
Menerjemahkan puisi sangat memerlukan kemampuan
untuk mengalihkan suasana batin ini. Sehingga, pesan yang disampaikan si
penyair akan sampai kepada penikmat puisi dengan baik.
- Aturan
Umum Menerjemahkan Puisi
Beberapa aturan umum dalam menerjemahkan karya sastra
(terutama puisi)[2]:
- Penerjemah hendaknya tidak menentukan langkahnya hanya untuk
menerjemahkan kata per kata atau kalimat per kalimat saja. Ia harus selalu
mempertimbangkan keseluruhan karya, baik karya aslinya maupun karya
terjemahannya. Penerjemah harus menganggap naskah aslinya sebagai satu
kesatuan unit yang integral, meskipun pada saat menerjemahkan, ia
mengerjakan bagian per bagian saja. Dalam terjemahan puisi, penerjemah
dapat membagi puisi menjadi unit-unit terjemahan dalam baris-baris, atau
membaginya menjadi bait-bait.
- Penerjemah hendaknya menerjemahkan idiom menjadi idiom pula. Idiom
dalam BSu hendaknya dicari padanannya dalam idiom BSa, meskipun kata-kata
yang dipergunakan tidak sama persis. Misalnya, idiom kambing hitam dalam
bahasa Indonesia mempunyai padanan “scape goat” dalam
bahasa Inggris. Apabila betul-betul tidak ada padanannya, barulah idiom
itu bisa diterjemahkan tanpa menghilangkan makna batinnya.
- Penerjemah hendaknya menerjemahkan maksud menjadi maksud juga. Muatan
emosi dalam ekspresi BSu-nya bisa saja lebih kuat dari pada muatan emosi
dari padanannya dalam BSa. Sebaliknya, ekspresi tertentu terasa lebih pas
dalam BSu, tetapi menjadi janggal dalam BSa, apabila diterjemahkan secara
literal. Sebagai ilustrasi, saya mengambil contoh suatu situasi
dalam sebuah film, yaitu ada seseorang yang terus menerus membicarakan
orang lain. Akhirnya temannya berkata dalam bahasa Jepang, “Yamete”.
Terjemahan itu akan terdengar agak lucu dan canggung
apabila diterjemahkan menjadi “Berhenti”. Saya pikir dalam karya sastra
akan lebih baik kalau ekspresi itu diterjemahkan menjadi “Sudahlah”.
- Penerjemah hendaknya berani mengubah hal-hal yang perlu diubah dari BSu
ke dalam BSa dengan tegas. Belloc mengatakan bahwa inti kegiatan
menerjemahkan puisi adalah kebangkitan kembali “jiwa asing” dalam
tubuh pribumi. Yang dimaksud dengan jiwa asing dalam tubuh pribumi adalah
makna ceritera dalam BSu, sedangkan tubuh pribumi ini adalah bahasa
sasarannya (BSa).
- Meskipun penerjemah dapat mengubah apa yang perlu diubah, tetapi pada
langkah keenam, penerjemah tidak boleh membubuhi teks aslinya dengan
hiasan-hiasan yang terlalu banyak yang dapat membuat teks dalam BSa itu
lebih buruk atau lebih indah sekalipun. Tugas penerjemah adalah
menghidupkan kembali jiwa asing tadi, bukan mempercantik, apalagi
memperburuknya.
Dari prinsip-prinsip utama di atas, penulis berkesimpulan
bahwa para penerjemah karya sastra (khususnya puisi) perlu mempertimbangkan
bahwa naskah merupakan satu keseluruhan yang tak terpisahkan. Selain itu, juga
mengakui bahwa ada kewajiban moral bagi para penerjemah untuk setia pada naskah
aslinya. Penerjemah mempunyai hak untuk
menambah atau mengurangi kata-kata dalam naskah asli dalam proses penerjemahan
agar hasilnya sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa dalam bahasa target. Dengan
demikian jelas bahwa, dalam penerjemahan puisi, penerjemah hendaknya
mementingkan makna atau pesan, baru kemudian gaya.
Menerjemahkan akan sangat ideal apabila antara pesan dan gaya dapat hadir
secara bersamaan. Artinya bahwa penerjemah mampu menghadirkan keduanya, pesan
dan gaya dalam bahasa sasaran secara bersamaan. Dalam penerjemahan sebuah
karya, keduanya memegang peran yang sama pentingnya apalagi dalam menerjemah puisi, tanpa gaya akan terasa kering rasanya.
3.
Contoh Terjemahan Puisi
دعاه الى الحق ذو العرش دعوةا
الى جنة يحيا بها وسرور
فذالك ما كنا نرجى و نرتجى
لحمزة يوم الحشر خير مصير
فوالله لا أنساك ما هيت الصبا
بكاءا و حزنا محضري ومسيري على أسد الله الذى كان مدررها
يدود عن اﻹسلامش كل كفور
أقول وقد أعلى النعي عشيرتى
جزى الله خيرا من أخ و مصير
Terjemahan:
Illahi Rabbi pemilik ‘arasy telah memanggilnya datang
Ke dalam surge tempat hidup bersenang-senang
Memang itulah yang kita tunggu dan selalu harapkan
Hingga di yaumul mahsyar Hamzah beroleh tempat yang lapang
Demi Allah, selama angin barat berhembus daku takkan lupa
Baik diwaktu bermukim maupun bepergian ke mana saja
Selalu berkabung dan menangis Singa Allah Sang Pemuka
Pembela islam terhadap setiap kafir orang angkara
Sementara daku mengucapkan syair, keluarga sama berdoa
Semoga Allah memberimu balasan, wahai saudara, wahai pembela
BAB III
PENUTUP
Menerjemahkan karya sastra
membutuhkan ketrampilan yang khusus, karena tidak semua orang bisa menjadi
penerjemah karya sastra yang baik. Selain ia harus mahir dalam menguasai bahasa
sumber ia juga harus memahami tentang karya sastra yang memadai. Penerjemah karya sastra yang ideal dapat
dilakukan oleh orang yang juga merupakan seorang sastrawan kreatif.
Karya sastra dapat berbentuk
dalam berbagai macam, antara lain novel, cerpen, puisi. Menerjemahkan puisi
lebih sulit untuk dilakukan, karena dalam puisi menggunakan bahasa yang sudah
terpadatkan sehingga membutuhkan pemikiran dan perasaan juga turut serta dalam
pelaksaannya. Penerjemah tersebut haruslah mengasai ilmu sastra dengan baik,
ilmu sastra tersebut dapat berupa pemahaman latar
belakang pengarang, gaya bahasa, mood, aspek-aspek yang ada
dalam karya, gaya atau style pengarang karya sastra dalam
menuangkan isi ceriteranya. Dengan
hal tersebut, maka hasil terjemahan akan menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Suparno, Abdurrahman dan Mohammad Azhar. 2005. Mafaza
(Pintar Menerjemahkan bahasa Arab-Indonesia). Yogyakarta: Absolut.
Paputungan, Moh Zulkifli. 2010.”Metode Penerjemahan
bahasa Ala Newmark” dalam
www. wordpress.com diakses pada 17 April 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar